Hanya ada satu dua kendaraan yang masih lalu lalang pada Rabu dini hari (13/9) di pinggir Jalan Luwanu, Yogyakarta ketika kami tiba. Jam sudah menunjukkan hampir pukul dua pagi. Sebanyak lima pemuda masih saja terjaga di sebuah pos ronda di persimpangan gang.
Mereka adalah Fachrudin, Ari, Yulian, Rizki, dan Agus. Mereka tergabung dalam relawan komunitas Info Cegatan Jogja (ICJ), sebuah komunitas berbasis media sosial yang berdiri di Yogyakarta sejak tahun 2013 silam.
Berjaga hampir setiap malam adalah rutinitas yang
mereka lakukan bersama para anggota komunitas lain. Tujuannya adalah agar siap
24 jam apabila ada laporan orang yang membutuhkan bantuan secara mendadak.
Melalui grup facebook yang kini anggotanya hampir 700 ribu orang lebih, mereka
memantau setiap posting yang masuk.
Permasalahan seperti kendaraan macet, ban bocor,
hingga kehabisan bensin di tengah malam biasa mereka temui dan dapatkan melalui
postingan yang masuk melalui grup facebook. Maka tidak heran, berbagai
peralatan yang biasa terdapat di bengkel sepeda motor, seperti peralatan tambal
ban sudah disiapkan lengkap di pos ronda tempat mereka berjaga, guna membantu
pengendara yang kebetulan sedang mengalami permasalahan pada kendaraannya.
Ketika
ada laporan anggota grup yang membutuhkan bantuan, para relawan yang berjaga
tidak segan untuk menempuh jarak yang cukup jauh untuk menemuinya dan membantu
menyelesaikan permasalahan hingga selesai.
September 2018 mendatang, ICJ akan merayakan
hari ulangtahunnya yang ke-5. Berawal dari grup jual beli online di facebook, beberapa orang berinisiatif membentuk grup yang
kemudian diberi nama Info Cegatan Jogja (ICJ).
Jika merujuk pada namanya,
sebenarnya ICJ bukanlah grup yang menjadi tempat bagi pelanggar aturan
lalu-lintas, melainkan sebagai wadah saling bertukar informasi apapun, tidak
hanya sekedar informasi lalu lintas, bahkan ICJ telah menjadi wadah bagi
kegiatan-kegiatan sosial seperti berbagi nasi, bedah rumah, hingga
mempertemukan kembali orang yang telah hilang selama bertahun-tahun.
Beberapa hari sebelumnya, Fachrudin mengantar kami
bertemu Yanto Sumantri, salah satu orang yang berinisiatif mendirikan komunitas
ini 4 tahun lalu. Di rumahnya, kami berkesempatan berbincang mengenai kehadiran
komunitas ICJ yang kini sangat familiar di kalangan bukan hanya masyarakat
Yogyakarta saja, namun juga berbagai daerah lain.
Banyak pengalaman menarik yang Yanto rasakan selama
mendirikan ICJ hingga saat ini di usianya yang keempat. “Semua pengalaman menarik,
dari hal yang mustahil menjadi mungkin karena adanya ICJ,” tutur Yanto.
“Pencuri atau buronan pun dapat tertangkap berkat ICJ,” ia menambahkan.
Media sosial menjadi senjata utama Yanto dan
kawan-kawan untuk membangun jaringan
online yang cukup besar. Alih-alih mencari laba, komunitas ICJ sama sekali
tidak pernah memanfaatkan jaringan tersebut untuk mencari keuntungan,
pergerakan mereka murni didasari rasa ingin membantu dan gotong royong kepada
sesama. “Mereka adalah saudara kita walaupun kita tidak kenal,” tutur Yanto.
Sisi positif media sosial berhasil dimanfaatkan
dengan baik untuk saling membantu dan berjejaring. Terkait fenomena banyaknya
penyalahgunaan media sosial akhir-akhir ini, Yanto melihat masyarakat di
Indonesia sedang dalam tahap belajar untuk cerdas bersosial media.
“Internet
adalah hal yang cukup baru bagi masyarakat, terlebih media sosial. Masyarakat
masih menyepelekan ketika akan memposting sesuatu yang bisa jadi menimbulkan
masalah,” ucap Yanto.
Tidak lupa ia memberikan kritik dan saran kepada
pemerintah agar lebih memperhatikan sikap masyarakat dalam bermedia sosial.
“Masyarakat masih dalam proses menuju cerdas bersosial media, ini menjadi
pekerjaan rumah bagi negara yang harus mendorong masyarakat untuk cerdas
bermedia sosial,” tutur menutup perbincangan malam itu.
Hadirnya ICJ adalah salah satu contoh nyata bentuk
pemanfaatan teknologi dalam rangka cerdas bermedia sosial. Menjadi
tanggungjawab semua pihak untuk membudayakan media sosial secara cerdas dan
bijak, tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga pemerintah.
Artikel ini memenangkan lomba jurnalistik I-Create yang diselenggarakan oleh Universitas Telkom Bandung, September 2017
Artikel ini memenangkan lomba jurnalistik I-Create yang diselenggarakan oleh Universitas Telkom Bandung, September 2017
Comments
Post a Comment
Saya harap anda puas membaca tulisan saya seperti halnya saya puas saat menulisnya.
Kamu adalah apa yang kamu tulis! Komentarmu mencerminkan isi otakmu. Mari budayakan berkomentar baik di internet.