Ikat Dulu Untanya!


menolakpesimis.blogspot.com - Hati saya berdegup kencang, mata saya berkaca-kaca, sukma saya tidak henti terpana. Di tengah kesibukan mereka yang di luar kata biasa, mereka masih saja menyempatkan menyejajarkan kepala mereka di atas kain tebal bergambar kubah bersama-sama. Terhitung hari itu adalah hari ke sebelas pencarian 157 korban pesawat Air Asia QZ8501 setelah dinyatakan hilang pada hari Minggu, 28 Desember 2014 lalu. Berada dalam misi tugas negara, seharian berada di atas lautan bukan alasan bagi mereka untuk melupakan identitas mereka sebagai makhluk Tuhan yang tidak punya daya apa-apa. Di atas kapal laut KRI Bung Tomo yang gagah itu, mereka, para anggota tim SAR terlihat sedang khidmat memanjatkan doa setelah usai menunaikan salat Jumat bersama di atas kapal. Saya berani bertaruh, harapan untuk dapat menuntaskan tugas dengan baik tersurat dalam bisikan doa-doa mereka.

Malam ini, saya masih memantau perkembangan proses evakuasi pesawat Air Asia QZ8501 sembari menuliskan tulisan ini. Sebuah misi yang sangat sulit menurut saya, di satu sisi tim SAR dibebani tugas maha mulia untuk menemukan seluruh korban dan tentunya bangkai pesawat naas guna penyelidikan lebih lanjut, di sisi lain mereka dihadapkan pada medan pencarian yang bisa dibilang ekstrim. Gelombang Selat Karimata yang bermeter-meter, cuaca yang hampir hujan tiap hari, belum lagi dinginnya angin lautan harus mereka hadapi setidaknya hampir dua minggu ini. Bisa dibilang kemungkinan untuk menemukan seluruh korban sangat kecil. Namun satu hal yang perlu saya catat dan saya garisbawahi untuk kinerja seluruh anggota tim pencari, mereka tetap menaruh harapan besar pada  kekuatan besar dari yang Maha Kuasa demi kelancaran pencarian.

"Berusahalah sekuat tenaga, biarlah Tuhan yang menentukan hasilnya"
Sebuah cerita yang luar biasa saya pikir. Poin penting dari kerja keras mereka ialah bagaimana mereka bekerja keras bahu membahu di bawah satu komando Basarnas tanpa melupakan adanya kekuatan yang lebih besar yang mempunyai peran apakah misi ini bisa dilaksanakan dengan lancar apa tidak. Bekerja, bekerja, bekerja, lalu serahkan semua hasilnya pada tuhan. 

Bekerja sekuat tenaga, lalu berdoa. Dua elemen yang kadang kita melupakan salah satu di antaranya, bahkan kadang melupakan keduanya. Tidakkah kita mengelus dada ketika mendengar berita begitu mudahnya memperjualbelikan ijazah perguruan tinggi tanpa harus susah payah kuliah? Tak perlu usaha, cukup rogoh kantong saja? Lucu ya. Atau kadang kita melupakan salah satu elemen diantara keduanya. Tidak mau berusaha, namun hanya sibuk berdoa.

Saya ingat pada sebuah kisah seorang pemimpin di jazirah Arab beberapa ratus tahun yang lalu, dia begitu dimuliakan oleh rakyatnya, bahkan sahabat dekatnya pun memuliakan dia. Pada suatu kesempatan seorang sahabat datang menemui beliau dengan menaiki unta. Sang pemimpin menanyakan kepada sahabatnya apakah untanya sudah diikat dengan benar ataukah belum, sahabat menjawab, "Tidak, Yang Mulia. Saya serahkan saja unta saya kepada Tuhan," jawabnya. Sang pemimpin menegurnya, "jangan begitu, ikat dulu untanya, baru engkau serahkan pada Tuhan!", tegur sang pemimpin. Sahabat pun mengiyakan perkataan beliau lalu mengikat untanya.

Dari kisah di atas dapat kita tarik sebuah pelajaran penting bagaimana berusaha dan berdoa merupakan kedua elemen yang tidak dapat dipisahkan dalam bekerja. Kepercayaan kepada Tuhan sebagai yang menentukan hasil tidak mengurangi profesionalitas dan rasionalitas usaha kita.

Lantas bagaimana jika kita sudah berusaha sekuat tenaga namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita? Yang terbaik bagi kita, belum tentu terbaik bagi Tuhan, sang maha pengatur. Manusia berencana, Tuhan berkehendak. Kembali ke konsep, bekerja, bekerja, dan bekerja, biarlah Tuhan yang menentukan hasilnya. Sudah menjadi hak prerogatif Tuhan. Dalam tulisan saya sebelumnya (Input bagus, Insya Alah Output Bagus), saya menceritakan bagaimana usaha keras saya untuk menjadi mahasiswa UGM. Namun fakta berkata lain, saya punya 3 kali kesempatan, tapi semuanya gagal saya wujudkan. Memang tidak sesuai dengan harapan saya, tapi siapa yang tahu rencana Tuhan selanjutnya kepada kita? Ikat dulu untanya!

Comments

Post a Comment

Saya harap anda puas membaca tulisan saya seperti halnya saya puas saat menulisnya.

Kamu adalah apa yang kamu tulis! Komentarmu mencerminkan isi otakmu. Mari budayakan berkomentar baik di internet.