Ada Damai di Puja Mandala

"Kalau tidak macet, 40 menit aja udah sampai", kata Bli Made dengan logat Bali tentunya. Dia Tour Guide kami selama di Bali. Kami berangkat dari Denpasar menuju sebuah tempat yang katanya bangunannya indah-indah. Puja Mandala.

Tujuan kami yang satu ini tidak tercantum pada agenda kami selama di Bali. Sekadar mencari tempat untuk sembahyang Jumat. Sesampai disana, ternyata bukan sekedar tempat sembahyang. Ini tempat yang luar biasa.

Diambil dari dua kata dalam Bahasa Sansekerta. Puja dan Mandala. Puja berarti bersembahyang dan mandala berarti tempat. Tempat ini juga mempunyai nama lain. Panca Mandala. Dalam Bahasa Sansekerta, Panca berarti lima. Apanya yang lima?

Lima tempat ibadah dari lima agama yang berbeda. Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa, Pura Jagat Natha dan Vihara Budhina Guna. Lima tempat ibadah tersebut berdiri berjejeran tepat di tepi jalan raya Nusa Dua. Jika di Jakarta, ada Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yag berdiri berdampingan. Tapi, Puja Mandala lebih hebat dari itu. Disini, tempat ibadah dari lima agama terbesar di Indonesia dibangun berdampingan.

Kami menunggu waktu ibadah Jumat di Masjid Ibnu Batutah. Saat adzan belum terdengar, dentuman lonceng gereja tepat di sebelah masjid itu terdengar sangat jelas. Inilah Puja Mandala. Komplek yang dibangun 15 tahun silam ini digagas oleh Menteri Agama pada waktu itu, Tarmidzi Taher, Menteri Pariwisata Joop Ave, dan Gubernur Bali pada waktu itu Ida Bagus Oka. Inilah Puja Mandala, sebuah pesan damai dari Tanah Dewata untuk Indonesia.

Berlangganan lewat email?

Artikel Sebelumnya:

• Earth Hour 2013, Aksi Kecil untuk Perubahan Besar
• Selagi Lagu Kita (Masih) Sama
• Ngeblog atau Ngetweet?
• Resensi: Rembulan Tenggelam di Wajahmu